Senin, 05 Mei 2014

Perbedaan Preseptorship dan Mentorship di Klinik


PERBEDAAN PRESEPTORSIP DAN MENTORSIP
DI KLINIK



 A. LATAR BELAKANG
Salah satu cara untuk mengembangkan mutu pembelajaran klinik adalah dengan menerapkan  metode preseptorship dan mentorship yang baik. Pengalaman praktek yang maksimal selama di lapangan praktek akan dapat mengintegrasikan semua pengetahuan, keterampilan dan sikap mahasiswa yang akan menjadi bekal  bagi mahasiswa setelah selesai dari institusi pendidikan.
Preseptorsip adalah suatu metode pengajaran dimana seorang praktisi yang memiliki pengalaman di bidangnya yang mampu memberikan dukungan kepada mahasiswa dalam memahami perannya dan hubungan kesejawatan. Preseptorsip bersifat formal, disampaikan secara perseorangan dan individu dalam waktu yang sudah ditentukan sebelumnya antara perawat yang berpengalaman (preseptor) dengan perawat baru (preseptee) yang didesain untuk membantu perawat baru untuk menyesuaikan diri dengan baik dan menjalankan tugas yang baru sebagai seorang perawat atau bidan. Menurut CAN (2004) program preseptorsip dalam pembelajaran bertujuan untuk membentuk peran dan tanggung jawab mahasiswa untuk menjadi perawat yang profesional dan berpengetahuan tinggi, dengan menunjukan sebuah pencapaian berupa memberikan perawatan yang aman, menunjukan akuntabilitas kerja, dapat dipercaya, menunjukan kemampuan dalam mengorganisasi perawatan pasien dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap pasien dan staf  lainnya .
Mentorsip adalah suatu metode dimana seorang pembimbing klinik yang lebih terampil atau berpengalaman membimbing 1 orang mahasiswa semester akhir atau karyawan baru dalam mengintegrasikan semua ilmu, sikap dan keterampilan kebidanan/keperawatan termasuk memahami peran bidan/perawat secara komprehensif. Pembimbing klinik yang berpengalaman disebut mentor, sementara individu yang dibimbing adalah mentee.
Mentorsip bertujuan agar individu yang memiliki pengalaman lebih sedikit (mentee) dapat menambahkan atau mengembangkan kompetensinya yang sudah dimilikinya. Seorang mentor harus mempunyai pengetahuan yang cukup banyak untuk memberikan saran agar memastikan mentee mendapatkan kemajuan maksimum. Namun seringkali kita melihat keadaan yang berbeda dimana seorang pembimbing klinik tidak maksimal dalam menunjukkan kemampuannya membimbing peserta didik, baik dikarenakan beban kerja fungsional yang banyak dalam pelayanan kepada pasien, komunikasi yang tidak jelas dengan institusi pendidikan, atau bahkan kurangnya kepercayaan diri dari pembimbing klinik tersebut. Hal ini yang mendorong pentingnya pembahasan tentang metode preseptorsip dan mentorsip di klinik agar proses bimbingan di lapangan dapat maksimal dan peserta didik dapat mencapai target  pembelajaran serta kompetensi yang diharapkan.
B. PENGERTIAN PRESEPTORSHIP, TUGAS DAN PERAN SERTA TANGGUNG JAWAB  PRESEPTOR
Preseptorsip adalah bentuk dari pembelajaran klinik individu yang membantu individu tersebut menjadi lebih ahli di dalam struktur organisasi dan profesional (kitchen, 1993). Pengertian lain dari metode preseptorsip adalah suatu program pembelajaran yang terorganisasi dan terencana yang mana staf perawat preseptor meningkatkan keterlibatan perawat baru  (Craven, 1996). Metode preseptorsip adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa (preseptee) untuk belajar, memperoleh pengalaman & praktek keperawatan/kebidanan dalam lingkungan yg aman bagi pasien dan mahasiswa tersebut.
Tugas dari seorang preseptor adalah:
a.         memberi suport
b.        supervisi
c.         memonitor proses belajar
d.        menilai penampilan mahasiswa 
Peran dari seorang preseptor adalah:
a.       Menyakinkan bahwa mahasiswa dapat mencapai tujuan belajar .
b.      Mahasiswa dapat dievaluasi secara proporsional.
c.       Tercapai 3 partnersip antara mahasiswa, akademi dan preseptor.
 Tanggung jawab preseptor adalah:
a.    Mengorientasikan mahasiswa ke unit keperawatan/kebidanan dan klien
b.    Meriview tujuan belajar dan menyediakan anjuran bagi berlangsungnya pengalaman belajar
c.    Melakukan supervisi
d.   Bertanya kepada mahasiswa dan membawa mahasiswa pada situasi yang menantang sesuai dengan tujuan belajar
e.    Memfasilitasi belajar
f.     Bersikap role mode
g.    Mengidentifikasi kebutuhan
h.   Meriview tugas belajar
C.PENGERTIAN MENTORSIP, PERAN DAN TAHAPAN MENTORING  
   Mentorsip adalah suatu metode pembelajaran klinik dimana seorang pembimbing klinik membimbing 1 orang  mahasiswa semester akhir  atau pegawai baru  dalam mengintegrasikan semua keterampilan, attitude, pengetahuan kebidanan/keperawatan  termasuk memahami peran bidan/perawat secara komprehensif. Individu yang berperan sebagai pembimbing disebut mentor, sementara individu yang dibimbing disebut mentee.
Peran mentor adalah sebagai:
a.         Coach
b.        Konselor
c.         Guide
d.        Role model
e.         Sponsor
f.         teacher
Kriteria seorang mentor adalah:
a.         interest
b.        komitmen
c.         bersedia memfasilitasi proses pembelajaran
d.        melaksanakan praktek ANC,KB, BBL,dll
Kegitan pembelajaran mentoring meliputi:
a.         Pertemuan pra klinik
b.        Melakukan asuhan kebidanan
c.         Berpartisipasi dalam melakukan pelayanan
Pendekatan Mentoring menurut Morton-Cooper & Palmer :
         Classical mentoring, yaitu suatu hubungan informal, dimana secara alamiah seseorang individu memiliki kemampuan membimbing.
         Contract mentoring, yaitu suatu hubungan organisasional biasanya berfokus pada fungsi spesifik yang membantu.
         Pseudomentoring, yaitu mentoring dalam  pencapaian yang spesifik, tujuan yang sempit. Bisa disebut juga sebagai mentor yang subspesialis, membimbing di area pelayanan tertentu. 
            Tipe dukungan profesional dalam mentoring :
  • Adalah fungsi seseorang untuk…
  • Menunjukan kepada saya untuk melakukan sesuatu yang saya tidak tahu
  • Berada dipihak saya bila saya dalam masalah saat kerja
  • Membuka pintu untuk karir saya
  • Membuat saya merasa lebih baik saat saya lemah
  • Berdiskusi dengan saya saat bekerja
Tahap-tahap mentoring menurut Dalton/Thompson Career Development model:
  • Tahap 1 Dependence / Ketergantungan
Profesional baru masih tergantung pada mentor dan mengambil peran subordinat dimana memerlukan supervisi yang dekat
  • Tahap 2 Independence / Mandiri
Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih seimbang. Profesional mengubah dari “apprentice” ke “kolega” dan membutuhkan sedikit supervisi.
  • Tahap 3 Supervising others/supervisi orang lain
Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan mendemostrasikan kualitas profesional sebagai mentor
  • Tahap 4 Managing and supervising others/memanajemen dan mensupervisi org lain
Menjadi responsibel untuk penampilan yang lain dikarakteristikan dengan merubah peran dari manajer atau supervisor menjadi responsibel terhadap klien peserta didik dan personel.
Kompetensi seorang mentor antara lain:
  • memiliki pengetahuan dan pengalaman
  • membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang konstruktif
  • memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberian instruksi
  • memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)
  • memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau evaluasi.
  • memiliki pengetahuan dan pengalaman
  • membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang konstruktif
  • memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberian instruksi
  • memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)
  • memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau evaluasi.
  • memiliki pengetahuan dan pengalaman
  • membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang konstruktif
  • memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberian instruksi
  • memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)
  • memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau evaluasi.
2.3  PERBEDAAN PERSEPTORSIP DAN MENTORSIP DI KLINIK

No
PERBEDAAN
PRESEPTORSIP
MENTORSIP
1
Sasaran
 mahasiswa di semester awal, namun dapat dilakukan kepada mahasiswa semester akhir yang belum mampu menguasai konsep materi.
Mahasiswa semester akhir atau karyawan baru.
2
Metode
Preseptor mencontohkan/memperagakan prasat dari satu SPO, mahasiswa mengamati.
Mentor mengobservasi, mahasiswa melakukan prasat dari satu SPO. Bila ada langkah yang tidak tepat, mentor mengambil alih prasat yang sedang dilakukan.
3
Istilah
Pembimbing dalam metode preseptorsip disebut preseptor. Individu yang dibimbing disebut preseptee.
Pembimbing dalam metode mentorsip disebut mentor, individu yang dibimbing disebut mentee.


 D.FAKTA-FAKTA DI LAHAN PRAKTEK
Sejauh ini pelaksanaan kegitan pembelajaran klinik di Indonesia masih perlu mendapatkan perhatian khusus. Metode pembelajaran klinik secara preseptorsip dan mentorsip belum dilaksanakan secara maksimal. Beberapa masalah yang masih terjadi di dalam proses pembelajaran klinik seperti diantaranya:
1.Perbandingan rasio antara preseptor atau mentor dengan jumlah mahasiswa yang praktek. Perbandingan antara mentor atau perseptor dengan mahasiswa adalah 1:1. Namun bila dilihat kenyataan di lapangan, dengan banyaknya mahasiswa yang praktek di lapangan metode  tersebut sering tidak dapat dijalankan dengan maksimal. Akibatnya tujuan pembelajaranpun tidak berkualitas karena bimbingan bagi mahasiswa menjadi kurang efektif oleh karena terlalu banyaknya peserta didik yang praktek.
2.Job description seorang pembimbing klinik yang masih tumpang tindih dengan tugas fungsional di tempat kerjanya. Seorang pembimibing klinik bertanggung jawab terhadap semua tindakan mahasiswa selama pembelajaran di lahan praktek namun pada kenyataannya di lapangan seorang  pembimbing klinik juga berfungsi penuh di dalam tim di ruang pelayanannya selain juga membimbing mahasiswa. Hal ini mengakibatkan berkurangnya waktu yang efektif serta perhatian untuk membimbing mahasiswa.
3.Pelatihan-pelatihan yang kurang bagi seorang pembimbing klinik. Pada kenyataannya seseorang bisa saja sudah lama menjadi seorang pembimbing klinik namun informasi dan kompetensinya tidak diperbaharui lagi setelah sekian lama, sehingga ilmu, attitude dan keterampilan tidak sejalan dengan kebutuhan para peserta didik. Menurut Rika (2009) seorang pembimbing klinik seharusnya memiliki kemapuan mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan klinis terbaru, menganalisa teori dari berbagai sumber, menekankan pemahaman konseptual kepada mahasiswa dan membantu mahasiswa dalam menghubungkan teeori yang mendasari prakteknya. Disamping itu pembimbing klinik juga dituntun untuk dapat menstransferkan pengetahuan memperlihatkan kompetensi klinis, keahlian, serta nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh peserta didiknya. Menurut atkins dan williams 1995 menyebutkan bahwa pembimbing harus mendaptkan pelatihan. Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kulaitas seorang pembimibing klinik baik yang berasal dari rumah sakit ataupun dari pembimbing akademik. Pelatihan dapat menigkatkan pengetahuan pembimbing, bisa bertukar pikir dengan pembimbing lain dan melakukan refleksi bersama (waters, 2003). Penelitian lain membuktikan bahwa proses bimbingan mahasiswa oleh pembimbing akademik yang mendapatkan pelatihan mentoring lebih efektif dibandingakan dengan yang tidak mendaptkan pelatihan ( tri dan yuni 2012).
4. Kolaborasi pembimbing akademik dan klinik yang belum singkron turut mempengaruhi kualitas dari proses pembimbingan klinik. Hal ini menyebabkan di lapangan sering ditemui mahasiswa tidak dapat mencapai target kompetensi sesuai yang diharapkan dari tempat pendidikan mahasiswa (anton 2012). Contohnya jumlah peserta didik yang tidak sesuai dengan jumlah pasien rata-rata di lahan praktek yang akan dijadikan tempat pembelajaran. Sering  juga ditemui dilapangan pada saat mahasiswa akan mencapai sebuah target kompetensi ternyata ada perbedaan antara metode yang diajarkan oleh pembimbing akademik dan pembiming klinik sehingga mahsiswa menjadi bingung.

5.Mahasiswa kurang mendapatkan bimibingan yang maksimal melalui bed side teaching misalkan tentang anamnesa, pemeriksaan fisik, atau dalam hal mengevaluasi laporan praktik mahasiswa, beberapa pembimbing cenderung ,mengevaluasi, secara formalitas, tidak mengobservai secara langsung tentang kebenaran tindakan keperwatan yang dilakukan mahasiswa terhadap pasien. Dalam hal melakukan responsi pembimbing cenderung tidak menilai penguasaan teori dan keterampilan mahasiswa dalam bertindak melainkan hanya megevaluasi tentang pengetahuan mahasiswa saja.
6. Kualifikasi pendidikian seorang pembimbing klinik belum ada standirasasi apakah dilakukan oleh bimbingan klinik dengan pendidikan diploma 1, diploma 3, diploma 4,atau S1.
Peran pembimbing klinik sangat penting dalam pencapaian target kompetensi mahasiswa dimana mentee yang tadinya tergantung oleh pembimbing menjadi mandiri oleh kegiatan belajar yang diharapakn, mengalami sendiri dan menemukan sendiri fenomena di lahan praktek  dan dapat membangun kepercayaan diri mahasiswa serta mendorong mahasiswa untuk mencapai target kompetensinya.

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, 2013  bahan ajar Metode Pembimbingan dan Pembelajaran Klinik, Semarang
Wulandari, Ika subekti 2013. Analisa Masalah Pembelajaran Keperawatan Klinik di Indonesia. [ diunduh tanggal 20 November 2013 jam 11.00 WIB ]





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar